SENDRATASIK BERKARYA 3 - tergores efek kupu-kupuSore itu saya mendapat hadiah berupa undangan dari teman pemusik untuk menghadiri acara
Sendratasik Berkarya 3 yang diselenggarakan oleh FKIP Unlam Banjarmasin Program Studi Seni, Drama, Tari dan Musik pada hari Sabtu (25/1) di Auditorium Balairung Sari Taman Budaya Provinsi Kalimenatan Selatan. Tetapi, saya lebih suka membeli karcis yang dijual panitia di depan pintu utama sebesar 10 ribu rupiah sebagai tanda turut berpartisipasi mendukung kegiatan mahasiswa angkatan 2010 ini. Tak dapat disangkal oleh sesiapa pun acara gelar sendratasik ini adalah tontonan yang berharga dan punya banyak pemerhati - buktinya jajaran bangku sebanyak 300 penonton semua terisi penuh - malah rela berdiri di lintasan jalan masuk. Memang ini bukan gedung kesenian - sehingga perlu menjadi pemikiran bersama untuk segera mewujudkan wahana berkesenian yang representatif.
Tema yang disajikan dalam pagelaran
Sendratasik Berkarya 3 tahun 2014 ini adalah 'Amas Hirang' yang bercerita tentang seorang pemuda desa yang dipercayakan menjaga dan memelihara sumber daya alam berupa batu bara (alih-alih amas hirang) terkecoh oleh bujuk rayu pemangku adat desa untuk bersedia menjual demi kekayaan yang berlimpah. Tipu daya itu berhasil, hingga datang seorang penambang batu bara dari kota merambah setiap jengkal tanah dan menggali 'amas hirang' sepuas hati tanpa memperdulikan lingkungan hijau dan pemukiman penduduk lokal. Bencana pun terjadi dengan dahsyat di pedalaman komunitas dayak pegunungan meratus sebagai latar drama ini. Teriakan kepada sesiapa pun tak lagi ada yang memperdulikan kecuali gema suara rintihan sang pemuda itu sendiri yang bersahutan. Sebuah tontonan dengan sajian multi media ini sebenarnya sangat artistik jika setting panggung tidak terpaku pada layar putih saja (
LCD Proyector) dan menempatkan gubuk sang tokoh cerita di sudut luar panggung tanpa sorot lampu yang maksimal. Secara keseluruhan plot yang disusun berdasarkan peristiwa dalam bagian-bagian cerita sudah terjalin dengan dukungan shoot gambar lokasi pertambangan dan hijau alam pegunungan meratus. Namun, dialog yang dinarasikan sebagai upaya membangun karakter pemain masih kurang greget atau banyak jeda yang terjadi serta percakapan yang kurang tepat dari idiom dunia pertambangan serta kehidupan tradisional kaum dayak di meratus. Dan, saya menyukai ending dari cerita ini bahwa kehidupan telah membawa sesiapa pun tergoda dan terhina karena pada saat yang tak terduga semua akan sirna tanpa peduli pada diri sendiri.
Ada pujian yang sangat menarik perhatian penonton dan pemerhati malam itu.
Sendratasik Berkarya 3 telah berhasil memadukan genre musik modern dan tradisional secara harmonik - petikan elektrik gitar dengan pukulan dua gamelan banjar serta rebana dan gendang yang saling bersahutan dengan suara tinggi dan cepat membuat wiraga tarian menjadi lebih agresif bergerak di panggung, begitu pula alunan 2 alat musik kuriding yang langka dan mampu dimainkan berpadu dengan suara seruling dan viola menjadi irama yang syahdu ketika pegunungan meratus menjadi merah membara oleh api pertambangan 'amas hirang' dengan gerak tarian dayak pedalaman yang lincah hingga pada akhirnya terkubur - mengusung kematian. Jujur saya sampaikan, pergelaran musik malam Sendratasik Berkarya 3 ini sangat mempesona - ada kemajuan yang mencolok dari pargelaran sebelumnya tahun 2013. Hal ini juga menunjukkan regenerasi dalam pewarisan alat musik tradisional semakin diminati dan diperhatikan pihak akademisi.
Malam pesta sasirangan, demikian saya berguman melihat semua pendukung acara mengenakan pakaian adat banjar dari kain sasirangan yang didominasi warna hijau dengan berbagai style muda. Tarian pun menjadi perhatian yang tak kalah mendapat aplus meriah penonton, seperti Tari Putri Babengkeng atau rentak tari pedalaman dalam alur cerita "Amas Hirang' yang dramatik dengan menampilkan berbagai gerak permainan tradisional. Walaupun tampilan jenis tari agak sedikit, namun secara keseluruhan potensi mahasiswa yang menyukai program tari ini cukup memberi harapan terhadap estetika seni tradisional lebih maju.
Sendratasik Berkarya 3 - tergores efek kupu-kupu dengan konsep sensitive dependence on initial conditions di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem yang nonlinear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian, misalnya drama 'amas hirang' yang menjadi cermin bagi nilai-nilai keserakahan dan kebersahajaan manusia mengelola lingkungan hari ini, esok, dan akan datang. Bagi, sesiapa pun pengelola wahana berkesenian, maka diperlukan segera adanya gedung kesenian yang mampu memberi kelapangan produk dan karya seni dari 2 lembaga pendidikan yang memiliki potensi besar pelestarian budaya dengan 1000 penonton. Kepak sayap kupu-kupu di panggung Balairung Sari Taman Budaya akan terdengar nyaring dan membawa suara kesadaran bagi sesiapa pun yang mencintai lingkungan hijau dan pewarisan seni di Kalimantan Selatan. Semoga.
Sumber : http://feedproxy.google.com/~r/handilbakti/~3/N3nFSw9jF5E/sendratasik-berkarya-3-tergores-efek.html
Demikianlah informasi yang dapat Kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel
SENDRATASIK BERKARYA 3 - tergores efek kupu-kupu